Jumat, 16 Oktober 2009

Mutiara Cinta

APABILA PECINTA BISA MEMILIH

Pbg, Idul Fitri 1430H------waktu Idul Fitri adalah saat yang menyenangkan bagi seluruh umat Islam di dunia, tak terkecuali aku. Alhamdulillah, tahun ini aku masih diberi kesempatan oleh Allah untuk dapat merayakan Hari Kemenangan ini dengan keluarga tercinta. Hal terindah saat idul fitri adalah berkumpul dengan keluarga, berbagi cerita tentang apa saja yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini, selama kita terpisah oleh ruang dan jarak. Biasanya di penghujung acara ”talk show keluarga” itu ada saja sedikit ”uang saku” yang selalu Ayah berikan kepada kami anak-anaknya. Dan kali ini ”uang saku” yang Ayah adalah berikan adalah sebuah untaian kata-kata indah tentang CINTA sebagai bekal kami dalam mengarungi dunia kampus dan dakwah di tempat yang terpisah dari jangkauan pengawasan Ayah dan Ibu....dunia yang begitu banyak godaan. Semoga Untaian Kata Indah itu tak hanya aku yang dapat menikmatinya, tapi kita semua.
Seorang ulama, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menulis sebuah buku apik tentang cinta yang berjudul Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Mustasyqin. Ada beberapa ungkapan menarik tentang cinta dalam buku itu, salah satunya adalah jika orang jatuh cinta bisa memilih maka ia akan memilih untuk tidak jatuh cinta. Cinta merupakan atribut kehidupan manusia. Begitupun cinta kepada lawan jenis. Ia adalah fitrah hiasan umat manusia. Seorang yang bernama manusia akan, pernah, dan pasti akan jatuh cinta. Ini adalah sesuatu yang tak dapat ditolak oleh siapapun.
”Lalu mengapa memilih untuk tidak jatuh cinta? Jatuh cinta kok ngga dipilih? Bukankah cinta itu indah dan menyenangkan?” ayah mencoba menanyakan hal itu sembari menatapku yang duduk tenang mendengarkan. Tanpa menunggu lama untuk mendapatkan jawaban dari kami, ayah melanjutkan kata-katanya dan merengkuh bahu ibu yang duduk di sebelah kanannya dengan penuh kasih sayang , ia kembali mengatakan apa yang ingin disampaikan.
Awal dari cinta memang merupakan keindahan. Namun, pertengahan cinta adalah kegelisahan. Orang yang dimabuk cinta pastilah pernah merasakan penderitaan kegelisahaan ini. Gelisah karena menahan beratnya kerinduan yang mendalam. Gelisah akan ketidakpastian apakah orang yang ia cintai benar-benar akan menjadi miliknya. Gelisah ketika orang yang ia cintai ternyata bisa menyakiti perasaannya. Dan gelisah akan hal-hal lain.
Seorang penyair pernah bersenandung merdu, ”tak seorangpun di muka bumi yang lebih sengsara dari seorang yang dilanda cinta, meskipun ia mendapati cinta manis rasanya. Setiap saat engkau akan lihat ia selalu menangis, entah karena takut berpisah atau menahan kerinduan yang membara. Jika sang kekasih jauh ia akan menangis karena rindu, tetapi jika kekasihnya dekat ia akan menagis karena takut berpisah.”
Bahkan akhir cinta bisa merupakan kehancuran. Konon, tersebutlah sebuah kisah cinta antara pemuda yang bernama Qais yang tergila-gila dengan seorang gadis bernama Laila. Akhir nasib cinta Qais begitu mengenaskan. Ia menjadi gila karena cintanya kepada Laila tak terbalas oleh gadis pujaannya itu. Kegelisahan dan kehancuran inilah yang membuat cinta tak dipilih. Sayang, manusia yang jatuh cinta tak bisa memilih untuk tidak jatuh cinta. Cinta datang begitu tiba-tiba. Kedatangan cinta membuang kesadaran jauh ke belakang. Ketika kesadaran itu kembali mendatangi, sadarlah manusia yang jatuh cinta itu bahwa dirinya sudah terjerat suatu tali yang kencang. Ada ungkapan, cinta itu bertindak dulu baru berpikir. Betulkan?
Cinta memang tidak bisa ditolak. Datangnya bisa kapan saja tanpa kita undang. Dan perlu diketahui datangnya cinta bukanlah sebuah dosa. Abu Muhammad bin Hazm berkata, ”ada seorang laki-laki berkata kepada Amirul Mukminin Umar Bin Al-Kaththab,”wahai Amirul sesungguhnya aku melihat seorang wanita lalu aku sangat cinta padanya.” Umar kemudian menjawab, ”Itu adalah sesuatu yang tak mungkin dapat dibendung.”
Kedatangan cinta hanya perlu disikapi dengan bijak. Cinta hanya perlu diatur dan dimanajemen. Manajemen cinta kepada lawan jenis yang terbaik adalah dengan pernikahan. Merajut indahnya cinta dalam rumah tangga adalah Ibadah. Jika Belum sanggup, maka berpuasalah atau menahan diri dalam pergaulan dengan lawan jenis.
Lalu bagaimana jika orang yang kita cintai tak dapat terengkuh? Hal yang paling mudah hádala meyakini bahwa Allah telah menyiapkan setiap manusia ini jodohnya masing-masing, sekalipun di dunia tak mendapatkan tapi ia akan mendapatkannya di akherat nanti. Bukan terus bersumpah tak akan menikah jika tidak dengan orang yang saat ini kita cinta. Kesetiaan memang patut dihargai, tapi tak harus sampai menghancurkan jiwa.
Begitulah ilmu yang Allah berikan kepada kami lewat tutur kata manis Ayah, aku tahu kekhawatiran yang ia rasakan ketika membiarkan anak perempuannya pergi jauh merantau untuk menuntut ilmu membuatnya memberikan topik ini sebagai obrolan ringan kami saat lebaran indah itu. Sungguh, Ayah tahu betapa beratnya memenej godaan cinta kepada lawan jenis, beratnya menahan hawa nafsu, sekalipun disibukkan dengan aktivitas dakwah dan kuliah.
Sebagai penutup ”talk show” kami, ayah sempat memberikan sebuah puisi singkat dan indah. Puisi yang terangkai dan terucap dari lubuk hati untuk anak-anak tercintanya. Puisi yang kemudian mengiringi langkah kami sebelum menegakkan sholat dhuhur siang itu.
Cinta adalah komposisi rasa manis yang ada di dalam hati. Meradiasikan gelombang cahaya yang berbeda pada tiap insan yang tertangkap olehnya. Spektrum cinta beraneka warna dan memiliki panjang yang tak sama serta berasal dari dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Begitu indahnya cinta, apalagi jika engkau berikan kapasitas terbesarnya pada SANG PEMBERI CINTA...........
ALLAH TA’ALA......

Ditulis oleh : Witantri ( Staf Media Al-Ishlah_2008)
Sumber inspirasi : Ayah tercinta