Selasa, 12 Mei 2009

BUKAN CINTA BIASA

Satu hari menjelang hari pernikahanku, perasaanku justru bertambah campur aduk tak karuan. Entah apa yang aku pikirkan tapi, yang pasti kenapa aku masih saja memikirkan omongan orang-orang di luar sana. Omongan yang selalu saja membuatku tak percaya sepenuhnya apakah keputusan yang aku ambil benar atau tidak.
Sejak subuh tadi aku terus saja berdiam diri di kamar. Walaupun dalam keluargaku tak ada lagi tradisi pingitan sebelum anak gadis menikah tapi aku ingin tetap berada di rumah, sebenarnya ibu mengajakku untuk pergi ke sebuah taman di taman kanak-kanakku dulu untuk sekedar mengenang kenangan kecilku, masa kecil yang begitu indah, ibu ingin aku mengenang betapa dulu aku kecil dan lucu namun sekarang sudah akan menjadi milik seorang ikhwan yang akan menjadi suamiku. Tapi, ajakan itu aku tolak. Aku ingin menghabiskan hari-hari terakhirku di kamar ini karena besok pasti aku akan ikut bersama suamiku untuk tinggal di istana kami dan menempati kamar baru kami. Kamar dimana kami akan bersama-bersama bermuhasabah dan bermunajah menggapai keridhoan Allah dan menyempurnakan setengah dari dien kami.
Tiba-tiba lamunanku terbuyarkan oleh sebuah suara. Suara yang berasal dari pintu yang diketok.
”Anti, boleh ibu masuk ?” tanya wanita paruh baya itu kepadaku.
”Ibu,,,!!!!” jawabku singkat, karena aku terkegut dengan kedatangan wanita yang paling aku cintai itu.
”Dari tadi ibu liat kamu di kamar terus, apa kamu ngga mau keluar. Menemui keluarga dan tamu yang datang. Ngga baik mengurung diri di kamar, nanti mereka pikir kamu kenapa-napa.” kata ibu sambil mengelus rambutku.
”Nanti aja bu, anti masih pengin di kamar. Ini kan terakhir kalinya anti sendiri di kamar ini. Besok sudah ada akh Bayu yang menemani anti di kamar ini.” aku mencoba menjelaskan pada ibu agar ia tak mengira yang tidak-tidak tentang apa yang aku pikirkan saat ini.
Tapi, ternyata dugaanku salah. Ibu siapapun dia tetaplah seorang ibu yang punya ikatan batin begitu dalam dengan anak-anaknya hingga ia tahu tentang kegundahan hatiku walaupun aku tak mengatakannya. Mungkin ia melihat dari sorot mataku yang kosong mencerminkan perasaan grogiku.
”Setiap wanita yang akan menikah pasti akan merasa seperti yang kau rasakan. Ibu juga dulu sepertimu bahkan dulu ibu sampai harus dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an segala untuk menenangkan hati ibu. Itu hal yang wajar sayang” kata-kata ibu begitu mengejukkan kalbu. Subhanallah, akankah besok aku bisa menjadi seorang ibu seperti wanita yang sedang duduk di sampingku ini. Dapatkah besok aku menjadi seorang ibu yang kata-kata dan nasehatnya selalu menentramkan hati anak-anaknya. Insya Allah aku bisa.
Suasana kembali tenang, karena aku tak tahu apa yang harus aku katakan pada ibu. Dengan segenap keberanian akhirnya aku memutuskan untuk mengatakan apa yang sedang ada dalam benakku kepada ibu.
”Bu, apa keputusanku untuk menikah dengan akh Bayu pilihan yang tepat. Kenapa orang-orang di luar sana meragukan keputusanku. Bahkan ayah dan mba Adis masih belum menerima keputusanku dengan terbuka. Mereka masih saja meragukan apa yang aku yakini.” tanyaku dengan nada menyimpan kegalauan.
”Sayang, keputusan untuk menikah memang bukan keputusan yang ringan untuk kita ambil. Ada banyak hal yang harus kita lakukan setelah kita menikah nantinya. Tapi, yakinlah bahwa yang terjadi denganmu sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Akh Bayu adalah malaikat yang dikirim Allah untuk menemani hidupmu jadi Allah tidak mungkin akan salah memberikannya kepadamu. Begitupun denganmu, Anti adalah bidadari yang dipilih oleh Allah untuk mendampingi Akh Bayu, menjadi penyejuk hati dan pandangannya dan menjadi sandaran di saat dia lelah,menjadi ibu untuk buah cinta kalian kelak. Anti harus sadar bahwa Allah memberikan jodoh untuk umatnya adalah yang paling baik , bukankah Anti diciptakan dari tulang rusuk akh Bayu, jadi Anti adalah bagian dari tubuhnya. Jadi kenapa Anti harus ragu dengan akh Bayu.” ibu berusaha menumbuhkan kembali keyakinanku dan mencoba mengusir kegundahan hatiku. Mungkin ibu pernah merasakan apa yang aku rasakan jadi dia tahu apa yang harus beliau katakan.
Setelah panjang lebar aku dan ibu bercengkrama, ia kemudian meninggalkanku sendiri di kamar. Suara ayah dari luar memanggilnya untuk menemui tamu-tamu yang terus berdatangan ke rumah kami. Aku kembali sendiri di kamar yang berdinding warna biru itu.
*****
Sebulan yang lalu seorang ikhwan kakak angkatanku datang melamarku ke kedua orang tuaku. Seorang ikhwan yang memang cukup populer di kampusku. Muka yang lumayan dan penampilan yang masa kini menjadikannya seseorang yang diidamkan banyak teman wanita di kapusku. Tapi tidak begitu denganku, yang aku tahu saat itu dia hanyalah seorang mahasiswa jurusan seni musik, anak band dan satu hal yang membuat aku hampir-hampir tak percaya ,bahwa dia adalah mantan ”junkist” alias pecandu obat-obatan terlarang (narkoba). Pertemuan pertama kali terjadi saat dia diundang sebagai pengisi acara di dies natalis jurusanku. Saat itu, tak pernah terpikir olehku bahwa kelak lelaki yang aku pikir ugal-ugalan dan liar bakal menjadi suamiku seumur hidupku. Menjadi imam di setiap sholatku, teman di sampingku saat aku tidur, dan ayah dari anak-anakku. Tapi, Allah maha tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya. Funfayakun. Jika Allah sudah berhendak apapun dapat terjadi.
Mimpi untuk mendapatkan suami yang sholeh dan terdidik ternyata kini hanya tinggal kenangan. Impian untuk menjadi istri Akh Fandi, aktivis dakwah kampus dan asisten dosenku yang aku cintai buyar sudah, saat hati ini justru terpaut pada akh Bayu, dan saat ia dengan segenap keberaniannya datang melamarku ke ayah dan ibuku. Saat lamaran itu, entah kenapa aku begitu kagum padanya. Ia yang tak punya modal apa-apa kecuali tekad untuk mendapatkan wanita yang dicintainya dan menjadikan wanita itu sebagai seorang istri dunia akhiratnya.
Sebenarnya lamaran itu terjadi karena unsur ketidaksengajaan. Saat itu akh bayu yang mengaku jatuh cinta padaku, pada pandangan pertamanya memintaku untuk menjadikannya sebagai teman istimewanya. Mungkin ia tahu bahwa orang seperti aku tak mengenal kata pacaran hingga ia mencoba mencari kata-kata lain tapi tetap saja maknanya sama bagiku. Perjuangannnya untuk mendapatkan cintaku boleh dikatakan begitu berliku, aku yang memang keras kepala tak begitu mudahnya langsung jatuh hati padanya, sebenarnya ada sedikit simpati padanya melihat perjuangannya untukku tapi catatan masa lalunya menyuruhku untuk tak usah berurusan dengan orang seperti itu apa lagi menyukainya.
Hingga pada akhirnya untuk membuktikan kesungguhannya, aku tantang dia untuk datang menemui kedua orang tuaku di Purbalingga. Pikirku dia akan langsung mundur mendengar tantanganku. Jarak Yogyakarta dan Purbalingga yang begitu jauh tak mungkin ia mau menempuhnya hanya untuk wanita seperti aku, lagi pula ia juga tak tahu dimana rumah orang tuaku . Tapi sekali lagi ternyata pikiranku salah tentangnya, ia ternyata menerima tantanganku dan bersedia menemui ayah ibuku di rumah kami.
Saat itu aku bagai tersambar petir begitu mendengar ia mengatakan kata tegasnya ”Anti aku terima tantanganmu, aku akan datang untuk memintamu ke kedua orang tuamu kalo itu yang bisa membuatmu menerima diriku. Tunjukkan dimana alamat rumahmu. Aku akan datang. Aku janji.” mendengarnya aku langsung diam terpaku, jujur belum pernah aku liat seorang ikhwan berjuang seperti itu untuk mendapatkanku. Aku bukan seorang akhwat yang sempurna, wajahku tak secantik Luna Maya tapi kenapa ia mau berkorban seperti itu untukku. Subhanallah, Ya Allah.
Assalamu’alaikum. Akh kalo boleh kasih ana satu alasan kenapa akh mau melakukan ini untuk ana? Bls ga pake lama akh. Syukron. Wassalamu’alaikum.
Malam harinya setelah pertemuan itu dengan akh bayu aku beranikan diri mengirim sms untuk menanyakan sesuatu yang membuatku penasaran kenapa ikhwan seperti dia bisa menyukai akhwat seperti aku. Biasanya orang seperti dia menyukai wanita cantik dengan badan yang sempurna sebagai seorang wanita, pakaian yang terbuka, tingkah laku yang ”nakal” dan menggoda. Wanita yang bisa ia ajak bersenang-senang dengannya walaupun tak terikat tali pernikahan.
Lama aku menunggu sms balasan darinya, 30 menit sudah sms itu aku kirim tapi kenapa akh Bayu belum juga membalasnya. Mungkin ia bingung harus mengatakan apa karena pasti ia tak mempunyai jawaban yang bisa membuatku tercengang. Pasti dia akan mengatakan ”karena Anti berbeda dengan yang lain, yang selama ini aku kenal” jawaban yang menurutku biasa dan standar.
Selesai sholat Isya bahkan sampai selesai aku membaca Surat Ar rahman pun akh Bayu belum membalas smsku, tapi saat aku sedang melepas mukenaku tiba-tiba Hpku berbunyi. Mungkinkah ini sms yang aku tunggu-tunggu.
Begitu aku buka sms tersebut ternyata benar itu sms dari akh bayu.
”wangalaikumsalam de, mf mas blsnya lma sl’a tdi mas lg ng’jain s’suatu & hp mas tinggal dikost. De, .Mungkin mas bkn ikhwan impian ade tp 1 hal yg hrs ade th mas m’cintai ade krn ade yg sdh m’ajarkan mas 1 hal yg sangat b’arti dlm hdp ini. Jujur p’tma liat ade st acra di jurusanmu mas langsung suka ma kamu. Jarang mas liat seorang wanita dgn jilbab besar yang menutup seluruh tubuhnya tp tetap terlihat cntik & anggun. Ade adlh wnta terhormat yang ingin mas miliki untuk jd p’damping hdp. Mas punya banyk teman wanita tp ntah knp st dket dgn mreka mas ga pernh m’rasa nyaman & tnang, hal itu beda saat mas dkt dgn ade walau st itu petemuan kita hnya sbntar tp buat mas itu sngt b’arti. & lagi sjak knal kamu mas th apa itu ”Cinta”. Slama ini mas m’cntai mntan2 pcar mas krn nafsu tp bgtu knal ade mas bljr u/ m’cintai krn Allah. Ade yang m’brikan mas k’kuatan u/ kluar dri khdpan glap yg slama ini mas jlni. Mas, hrap ade bsa nrima cinta suci ini, karena Insya Allah cinta ini Allah yg m’anugerahkan’a, ju2r st ade tanya knp mas suka ma kamu mas ga th hrs jwb apa krn p’rasaan itu dtng tnpa mas th alsn’a. lag ap De, CINTA INI BUKAN CINTA BIASA. Ade tahu itu kan? Ade lag ap? Udh mkan lum? Bls.
Sayang sms ini harus terpotong karena karakternya yang terlalu panjang. Tapi semua sudah diatur oleh Allah hingga aku tetap bisa membacanya secara utuh. Selesai membaca sms itu aku tak tahu harus berbuat apa. Perasaanku saat itu antara kaget dan bahagia. Tak kusangka seorang mantan pemakai narkoba yang mantan pacarnya ada dimana-mana bisa berkata seperti itu. Semua karena Allah. Subhanallah, Akh Bayu...mungkinkah pintu hidayah Allah sudah terbuka untukmu, hingga engkau tahu dan sadar bahwa memang seharusnya semua karena Allah. Itu jawaban yang aku inginkan darimu akh.
Sms dari akh Bayu yang harusnya kubalas terpaksa aku mengenyahkannya. Aku tak ingin membalas sms itu, bukan maksud aku membuatnya menunggu tapi jam dinding sudah menunjukkan angka 9 malam itu artinya menyuruhku untuk tak membalasnya. Pantang bagiku sms seorang ikhwan yang bukan muhrinku di malam hari untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Ya Allah aku harap akh Bayu tahu akan hal ini.
Waktu terus berjalan, semenjak sms itu kami belum pernah bertemu langsung lagi kecuali secara tidak sengaja saat kajian rutin masjid kampus. Awalnya aku tak yakin menyuruh akh Taufik mengajaknya untuk ikut kajian rutin tapi ternyata ia begitu semangat menghadiri kajian-kajian. Tekadnya untuk bertaubat begitu besar. Komunikasi kami lakukan dengan mediator akh Taufik teman akh bayu sekaligus kakak sepupuku hingga lamaran itu akhirnya terjadi juga. dengan seluruh keberaniaanya dia bulatkan tekadnya untuk datang menemui ayah dan ibuku. Mengatakan azamnya untuk meminta dengan hormat bahwa ia akan menjadikan anak gadis mereka sebagai teman hidupnya untuk selama-lamanya. Jalan tak selalu lurus terkadang ada belokkan, tikungan tajam, dan juga lubang di tengahnya. Hal itu lah yang harus ia lalui, menemui ayahku mungkin buat dia sama seperti saat ujian skripsi bahkan mungkin lebih dari itu.
*****
Kini lamaran itu telah berlalu yang ada kini adalah akad nikah yang beberapa jam lagi akan terucap. Itu artinya beberapa jam lagi aku akan resmi menjadi belahan jiwanya. Ya Allah bahagianya aku saat aku dapat menyempurnakan setengah dari agamaku dan mengikuti Sunah Rasulullah.
Perasaan gelisah, deg-degan belum juga dapat aku hilangkan walaupun perasaan bahagia tetap mengalahkan segalanya. Tak percaya kalo aku harus menikah di usia yang ke 20 tahun, di saat aku masih harus menyelesaikan kuliahku, menggapai cita-citaku. Tapi, niat untuk menikah tak boleh aku tunda saat aku sudah mampu untuk menjalankannya, aku takut berdosa dan aku takut Allah tidak ridho kepadaku karena aku menunda-nunda perintahnya.
Senyum dibibirku tiba-tiba mengembang saat teringat semua perjuangan, pengorbanan dan kekonyolan akh Bayu untuk mendapatkanku. Alhamdulillah, aku bisa menjadi motivasi baginya untuk kembali ke jalan Ilahi yang damai dan demi aku ia rela meninggalkan kesenangannya. Demi aku ia rela berganti status dari anak band menjadi grup nasyid bagiku itu tak mengurangi karismanya sebagai seorang seniman, demi aku ia rela mengganti jadwal latihan bandnya dengan mengikuti kajian Islam. Semoga saja ia lakukan itu bukan demi aku semata tapi demi Allah itu yang mutlak.
Belum bosan aku melamun, tiba-tiba ibu mengetok pintu kamarku kembali. Dengan wajah yang terlihat berbeda entah karena kelelahan atau apa aku tak tahu, wajah ibu menyiratkan tanda-tanda kesedihan. Ia pasti sedih sebab besok anak kesayangannya akan menjadi milik orang lain.
” Anti ada orang yang ingin bertemu denganmu sayang” kata ibu dengan nada lirih.
”Siapa bu ?” tanyaku dengan penuh penasaran. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi, tapi aku tak boleh berpikir macam-macam siapa tahu orang itu teman lamaku yang aku undang.
”Orangnya menunggu di luar, kamu temui ya , cepat sana. ”
Tanpa pikir panjang aku langsung mengenakan kerudungku dan keluar kamar untuk menuruti kata ibu, aku begitu penasaraan kenapa ibu mengatakan seperti itu saja harus dengan meneteskan air mata. Ini tanda kesedihannya atau tanda yang lain.....aku berlari menuruni tangga menuju lantai bawah untuk menemui orang tersebut, kenapa di bawah ada polisi apa Ayah mengundang polisi untuk menjaga rumah kami. Aneh-aneh saja mentang-mentang yang menikah anak camat harus dijaga polisi segala.
”Ayah katanya ada orang ingin bertemu denganku, mana orangnya?” tanyaku seraya menoleh kesana-kemari mencari orang tersebut.
Ayah yang aku tanyai hanya diam tertunduk dan terlihat matanya berkaca-kaca mengeluarkan butir-butir air mata. Astaghfirullah apa yang sebenarnya terjadi.
Ayah kemudian memelukku dengan eratnya, kali ini beliau benar-benar menangis, ini pertama kalinya aku melihat ayah menagis di pelukanku.
”Ayah ada apa?” perbuatan ayah justru makin menambah kebingunganku.
Dengan nada serak ayah mencoba mengatakan sesuatu tapi sepertinya terasa begitu berat untuk di ucapkan olehnya. Aku yakin ada sesuatu yang terjadi, tapi apa ayo ayah katakan jangan buat anakmu makin penasaran.
”Ayah kenapa” tanyaku kembali.
”nak....” hanya kata itu saja yang keluar dari mulutnya selanjutnya ia kembali terdiam dengan tangisan yang masih meraba dirinya.
Tiba-tiba Akh Taufik saudaraku mencoba mengatakan sesuatu, mungkin ia tahu ayah tak bisa berkata.
”Anti, Bayu mengalami kecelakaan sejam yang lalu saat akan menuju ke sini.”
Mendengar kata-kata itu aku langsung diam, jantungku serasa berhenti berdetak, dadaku terasa begitu sesak, seperti ada listrik yang menyetrum tubuhku hingga aku tak bisa bergerak sedikitpun, tubuhku terasa begitu kaku. Mereka pasti bohong....
”Saudara Bayu mengalami kecelakaan di daerah Wonosobo, satu jam yang lalu. Seluruh penumpang di mobil tersebut tewas kecuali saudari Rahma adik beliau. Dari keterangan saudari Rahma kami pihak kepolisian mendapat informasi bahwa mereka akan menuju tempat ini. Oleh sebab itu, mba Rahma meminta kami untuk menemui Anda.” pak polisi menjelaskan lebih detail apa yang terjadi sebenarnya.
Aku masih tak percaya, tapi itulah kenyataannya. Ya Allah cobaan apa ini, kenapa di saat hari bahagiaku engkau mengambil semuanya. Kenapa secepat ini engkau ambil orang yang aku cintai, di saat aku belum merasakan indah cinta bersamanya.
Aku masih diam terpaku, rasanya aku seprti tersambar petir mendengar kabar tersebut. Ibu yang mencoba memeluk tubuhku tak jua berpengaruh apapun. Semuanya tetap saja menyakitkan. ”Akh Bayu meninggal dalam kecelakaan”, kenapa ia menemui ajalnya saat menuju rumahku, saat ia akan mengucapkan janji sehidup semati, kenapa...kenapa Ya Allah.
”Astaghfirullah. Inalilahi wa inalilahi roji’un” hanya kata itu yang mampu aku ucapkan. Semua milik Allah dan hanya padaNya lah kita akan kembali.
Suasana begitu mengharukan, kebahagiaan yang baru kami rasakan 2 hari ini tiba-tiba harus beubah menjadi duka, ruangan rumah yang dipenuhi dengan tawa dan doa agar kebahagiaan selalu menyertai kami berubah menjadi lautan tangis orang-orang yang ada di dalamnya.
Allah kuatkan aku.....
Mimpi indah itu kini hanya tinggal mimpi. Ini kenyataan atau hanya mimpi, jika ini hanya mimpi aku ingin tetap tertidur. Siapkah aku saat terbangun nanti aku mendengar calon suamiku telah pergi meninggalkanku selama-lamanya. Siapkah aku melihat pelaminan yang indah dibongkar kembali sebelum dipakai. Tidak.....aku tidak siap dengan semua ini.
Kuatkan aku Ya Allah......sadarkan aku bahwa ini kenyataan.
Akh bayu,,,
Tenanglah kau di sana, bahagialah engkau di surga Allah dengan bidadarinya. Jika kita tak menjadi pasangan di dunia semoga saja kelak kita akan menjadi pasangan di Surga-Nya.
Malaikatku.......
Terima kasih karena engkau telah mencintaiku dengan CINTA YANG BUKAN CINTA BIASA TAPI CINTA YANG LUAR BIASA.
Selamat jalan......

Tidak ada komentar: